Gereja-gereja Barat merayakan
 Natal tiap tanggal 25 Desember
 karena mendapat pengaruh dari
 Roma. Setelah melalui perjalanan
 yang panjang, akhirnya
 sebagian besar gereja di dunia
 mengikuti tradisi Roma.
 
 Mengapa 25 Desember? Latar
 belakang perayaan Natal berasal
 dari kebudayaan bangsa
 Romawi. Tanggal 25 Desember
 dipilih sebagai hari Natal Yesus
 semata-mata mengadopsi tradisi
 pagan, untuk menyesuaikan
 dengan hari perayaan
 penyembahan berhala yang
 populer pada saat itu.
 Sebab 25 Desember adalah Natal
 dua dewa terkemuka pada masa
 purba, yaitu perayaan kelahiran
 Dewa Matahari bangsa Roma
 yang dikenal dengan perayaan
 Solis Invictus (matahari yang tak
 terkalahkan) dan Dewa Mithras
 (dewa matahari kebenaran dan
 kebijakan). Perayaan ini sangat
 berpengaruh dalam kebudayaan
 dan keagamaan di kekaisaran
 Romawi, sejak abad ke-10
 hingga 7 sebelum Yesus lahir
 (Sebelum Masehi).
 Perayaan Roman Saturnalia,
 suatu perayaan untuk
 menghormati Saturnus, Dewa
 Pertanian dan Pembaruan Kuasa
 Matahari, juga berlangsung pada
 tanggal 25 Desember.
 
 Sejak abad ke-4 Masehi, Gereja
 Katolik mencaplok 25 Desember
 sebagai Natal Yesus Kristus
 untuk menggeser pesta kafir
 tentang perayaan kelahiran
 dewa, diganti sebagai natal
 Yesus sang pembawa terang.
 Dengan inkulturasi seperti ini,
 mereka berharap agar para
 paganis dengan mudah beralih
 menjadi penganut Kristen.
 Makanya, beberapa kebiasaan
 yang terdapat pada perayaan
 Natal, diperkirakan berakar dari
 perayaan penyembahan berhala-
 berhala ini.
 
 Kaisar Constantin Agung
 berusaha mempersatukan
 berbagai golongan dan agama
 guna keseimbangan politis dan
 agamawi di kekaisarannya. Maka
 diperkenalkanlah tadisi Natal
 pertama kali di Roma tanggal 25
 Desember 336 yang
 menggabungkan tradisi
 penyembahan matahari dalam
 Mithraisme dengan tradisi
 perayaan kelahiran Yesus dalam
 Kristen. Sejak saat itulah 25
 Desember diadopsi perlahan-
 lahan untuk merayakan Natal
 kelahiran Yesus. Otomatis, latar
 belakang Mithraisme pada
 perayaan Sol Invictus masih
 melekat. Misalnya, matahari yang
 disembah dalam perayaan Sol
 Invictus, diganti dengan simbol
 bahwa Yesus adalah Sang
 Matahari Kebenaran Penerangi
 Dunia.
 
 Untuk menampik tudingan
 perayaan tradisi kafir, biasanya
 para penginjil berkilah, “Kalau
 kini Natal dirayakan sepenuhnya
 untuk kepentingan rohani dan
 setiap orang Kristen dapat
 bertumbuh dewasa karenanya,
 maka kaitannya dengan sejarah
 agama purba itu tentu saja bisa
 diabaikan” (Majalah Kristen
 Rajawali edisi Desember Th. XII
 no. 12 hlm. 16).
 
 Alasan ini sudah tidak relevan.
 Jauh-jauh hari Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur
 Worldwide Church of God yang
 berkedudukan di Amerika
 Serikat, telah membantahnya
 dengan mengutip Catholic
 Encyclopedia: “Sinners alone, not
 saints, celebrate their birthday.”
 Hanya orang kafir, bukan orang-
 orang suci, yang merayakan hari ulang tahun mereka!
25 Desember = Ulang Tahun Dewa Matahari
Written By Revlist Over on Selasa, 18 Desember 2012 | 20.54
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


 



0 komentar:
Posting Komentar